A ‘Raise’ To The Top…
I was googling around when this particular word came up to my mind. My dad talked about this soo many times before and I also read it before on nat geo magz.. The word was.. *drumroll please…*
DUBAI
A fascinating city with never-before-seen-except-in-sci-fi architectures. Unimaginable to some and out of this world to some (overstated a bit there.. ^.^v). This almost a kilometer high tower on the side here is now the tallest man-made structure in the world. And the people whose responsible for it has intended to keep it that way.
The towers’ name is Burj Dubai, and if you’re interested on its update check their web.
Beside this 800 m or so tower, Dubai is also famous for its man-made islands. If I’m not mistaken they’d made two types of islands for sale, The Palms and The World. Interested? ^.^
Dubai is truly a sci-fi wonderland. It has an underwater hotel, a building with exoskeleton and coming up a first ever spinning building.
Okay, enough of Dubai for now. Let’s fly to a city with another one of the kind skyscraper that was called the tallest building in the world before the Burj..
TAIPEI
Taipei 101 is currently the world’s tallest completed building on earth standing proudly with 509 m of height. It consists of 101 stories above the ground. The construction of Taipei 101 was started in 1999, and finished in 2004 with the total cost was about 1,7 billion US dollars. This tower has the worlds fastest elevators (doubledecker) they can get as fast as 63 km / h. The indoor observation deck is on the 89th floor (382m). The total weight ofTaipei 101 is 700,000 tonnes, which is such a mass that could possibly make an earthquake. The structure is capable to withstand the largest earthquakes. The 800 ton damper on the top of thetower can reduce up to 40% of the movements. The Taipei 101 Mall is a 6-story shopping mall inside the building.
To be continued with
THE PETRONAS TWIN TOWER…
~October 19th, 2009~
Dimulai Lagi….
Sebenarnya perjalan ni dah dimulai sejak 1 Desember 2009 lalu… Wuiiih, dah setahun yak?? ^.^ Lots of excitements, lots of patience, lots of things to learn… Yup…
This next piece of writing is just the beginning of everything… Mang gak menyenangkan, but I have to admit that what had happened that day will linger in my mind forever… [lebaaaaay]…
caution: the following writing contain ‘bahasa rojak’ (mixed languages ^.^)…. Proceed with your own risk…
semua bermula pada hari selasa, 1 desember 2009… hari dimana diriku memulai kembali suatu tantangan baru, sebuah kehidupan baru. Meski kemudian bus yg seharusnya mengantarku ke tujuan, baru berangkat 15 menit kemudian,. Still, so far so good… I felt excited..
Di jalan terkadang air mata berlinang. mengingat mereka yang ditinggalkan. Mulai hari ini, perjuanganku dan mereka akan berbeda. Tapi insya Allaah, menuju satu ending.. tuk ridhoNya.. Berniat tuk tak tidur disepanjang perjalanan, tapi tetap ja mata tak mau berkolaborasi. Tidur ayamlah jadinya… Oh iya, lupa. bus yang sangat besar dengan kapasitas more than 40 itu hanya dihuni oleh 6 penumpang.. sedaaap. Macam bus pribadi… ^.^v
Empat jam jadi tak terasa (iyalah, tidur taruih ma). Tiba di hentian yg kutuju. dengan pede hati kuturuni bus itu, feeling so thankful that i’m safe.. Diriku mulai berjalan menuju taxi, bus pun merangkak menuju hentian lain. tapi kok ada yang kurang ya? hmmm… hiyaaaah!!!!!!!!!!!!! tas koperkuuu!!!!!!!!!!!!!!!
I know, you must be laughing your head off right now… dua koperku yg berisi pakaian dan beberapa buku masih di bagasi bus!!!! I ran to reach the moving bus, feeling hopeless.. and kept thinking of how stupid i can be sometimes..
Tapi, alhamdulillaah, ada penumpang yg nyadar, kalo dir yikug tadinya dateng dengan dua jinjingan kok skarang gak bawa apa-apa? melihatku lari dan melambai2, dia nyadar klo ku mang lupa.. dia jalan ke supir, n stop the bus, before i can reach it.
I was soooo embarassed… if the bus was full, i don’t know what will happen. the humility!!!
Dengan nafas yg ngos-ngosan, dan setelah banyak terima kasih kepada pak supir dan sang ukhti yg memberhentikan bus, ku berjalan kembali menuju taxi, bukan lagi dengan kepala tegak penuh semangat, tapi tertunduk menahan malu… Hiks, tapi stidaknya kali ini ditemani dengan dua koper penyambung hidup… hiyaaaaah…..
This next piece of writing is just the beginning of everything… Mang gak menyenangkan, but I have to admit that what had happened that day will linger in my mind forever… [lebaaaaay]…
caution: the following writing contain ‘bahasa rojak’ (mixed languages ^.^)…. Proceed with your own risk…
semua bermula pada hari selasa, 1 desember 2009… hari dimana diriku memulai kembali suatu tantangan baru, sebuah kehidupan baru. Meski kemudian bus yg seharusnya mengantarku ke tujuan, baru berangkat 15 menit kemudian,. Still, so far so good… I felt excited..
Di jalan terkadang air mata berlinang. mengingat mereka yang ditinggalkan. Mulai hari ini, perjuanganku dan mereka akan berbeda. Tapi insya Allaah, menuju satu ending.. tuk ridhoNya.. Berniat tuk tak tidur disepanjang perjalanan, tapi tetap ja mata tak mau berkolaborasi. Tidur ayamlah jadinya… Oh iya, lupa. bus yang sangat besar dengan kapasitas more than 40 itu hanya dihuni oleh 6 penumpang.. sedaaap. Macam bus pribadi… ^.^v
Empat jam jadi tak terasa (iyalah, tidur taruih ma). Tiba di hentian yg kutuju. dengan pede hati kuturuni bus itu, feeling so thankful that i’m safe.. Diriku mulai berjalan menuju taxi, bus pun merangkak menuju hentian lain. tapi kok ada yang kurang ya? hmmm… hiyaaaah!!!!!!!!!!!!! tas koperkuuu!!!!!!!!!!!!!!!
I know, you must be laughing your head off right now… dua koperku yg berisi pakaian dan beberapa buku masih di bagasi bus!!!! I ran to reach the moving bus, feeling hopeless.. and kept thinking of how stupid i can be sometimes..
Tapi, alhamdulillaah, ada penumpang yg nyadar, kalo dir yikug tadinya dateng dengan dua jinjingan kok skarang gak bawa apa-apa? melihatku lari dan melambai2, dia nyadar klo ku mang lupa.. dia jalan ke supir, n stop the bus, before i can reach it.
I was soooo embarassed… if the bus was full, i don’t know what will happen. the humility!!!
Dengan nafas yg ngos-ngosan, dan setelah banyak terima kasih kepada pak supir dan sang ukhti yg memberhentikan bus, ku berjalan kembali menuju taxi, bukan lagi dengan kepala tegak penuh semangat, tapi tertunduk menahan malu… Hiks, tapi stidaknya kali ini ditemani dengan dua koper penyambung hidup… hiyaaaaah…..
Hujan Mengantar Kepergianmu…
KL, 12 November 2009
Pagi itu, alunan senandung ‘We Will Not Go Down’, mengejutkanku.. He he, maklum, selama di negeri orang ini, HP hitam itu jarang berbunyi.. ^.^
“Ummi mana?” Oh, si Abi toh…
“Knapa, Bi? Ummi mo brangkat ngaji tuh.. Lagi siap-siap.”
“Bilang ke Ummi gak usah, ksini cepat… Ke KL**. Cepet ya?” He? Kenapa nih? Kok Ummi mau ngaji gak dibolehin…
“Miii, Abi nih.. Mo ngomong..” Kuserahkan si hitam ke Ummi…
Yang terlihat sesudah itu, terekam jelas dalam ingatanku…
Ummi menangis…
————————————————————–
Your gentle smile
Your soft touch
Your warm eyes
Your touching words
On that day, that last day we met
I just.. I couldn’t get them out of my mind…
You looked at her so tenderly
You spoke to her so brotherly
You held her so gently
I guess you really didn’t want her to go, again..
I guess, you wanted her to stay…
You know what?
I think she felt the same way, too..
To be close to you..
Close to her brother..
————————————————————–
Ummi, kehilangan abangnya hari itu… Dia terisak… Air matanya tumpah. Tapi, Ummi tegar. Ummi sabar. Ummi ikhlas…
Sore itu, ku duduk di beranda… Hujan turun lagi seperti sore-sore sebelumnya.. November rain kata mereka… namun hujan sore ini bercampur air mata.. Melepas paman meninggalkan dunia fana..
Paman, maafkan kami yang tak bisa mengantarmu ke peristirahatan terakhirmu..
Allaah, jangan jauhkan dia dari pahala-pahalanya, terimalah semua perbuatan baiknya, ampuni dosa-dosanya… Amiin…
*oretanku, kala sedih ku*
Namanya Lani
30 September 2009
Sore itu aku diserang pusing mendadak. My head hurt so bad. Mataku tak bisa fokus ke layar komputer yang hanya berjarak ½ meter didepanku. Jantungku berdegup kencang. I looked at my glass of water near the speaker. Terlihat riak disana. Ada apa ini? Was I shaking too much that even the table also shook?
I logged in to my facebook, after calming myself down. Pusing itu masih terasa, tapi sudah lumayan stabil karena ‘dah stretching kiri kanan. Setelah dipikir-pikir, mungkin akibat terlalu lama duduk di depan komputer. Okay, time to go online, peacefully. Or so I thought. I was trembling again as soon as I read my friends’ status from top to bottom. GEMPA di Padang.
“Gempa, Za? Kapan?”
“Masak gak kerasa, Kak? Barusan..”
Innalillaah, could that be the reason of my headache? Was that the cause of the shaking of my glass of water? Kalau iya, pasti itu gempa yang sangat besar. Padang-KL ‘kan terpisah oleh laut? I mean, if it was a small quake as what usually happen there, I don’t think I can feel it here. It turned out to be a 7.6 SR quake. I had no idea what it was like in Padang at that exact time.
I texted my friend, Reni, immediately. Karena setahuku, dia menghabiskan masa lebarannya di Padang. No reply. I was getting restless. I texted my sister asking of my dear friend. She said, Reni came back from Padang a couple of days ago. So, kenapa smsku tidak dibalas?
———–
1 Oktober 2009
“…skrg ld dijln ke pdg, mau cek kondsi, kt ma2 gpp. Tp ada adk sepupu yg kena kakinya krn gedung tmpt dia les roboh…,” adalah sms pertama yang kuterima dari Reni setelah menunggu semalam.
————
3 Oktober 2009
“… adk Reni (adik sepupu) kakinya diamputasi sblh…”
Allaah… Rasa penasaran pun tak terbendung. Ada apa gerangan? Cek pulsa.. Masih ada.. I could use it for at least 10 minutes ^.^. And what I heard was…
The dear cousin was found 6 hours after the quake. Semua keluarga yang kehilangan menuliskan nama anak atau saudara mereka berada di tempat les tersebut. They called the names one by one, and she answered when they came to her name. She was there in the dark, trapped between the rubbles, with two of her friends’ lifeless bodies. I couldn’t even imagine the feeling of being in the darkness, alone, paralyzed…
Adik itu sangat tabah. Saat diamputasi pun dia rela. Meski pagi hari setelah operasi, dia bangun dan bertanya dimana kakinya. Dia sangat kuat, tapi dia hanya anak kecil.
————
12 Oktober 2009
“… gak tau lg mo blg apa ni… kaki adek Reni yg st lg hrs diamputasi… krn sarafnya udh mati…”
Another one?
“… ktka dia dikash tau bsk mau diamputasi lg, dgn menangs dia blg, ‘semuanya milk Allaah, ktka kaki Lani dimintaNya lg, Lani hrs ikhlas…”
Robbiy, kekuatan sebesar apa yang telah Engkau beri kepada dia, hingga kata-kata itu bisa keluar dari mulut mungilnya?
————
Ya, namanya Lani. Gadis kecil berumur 13 tahun. Jangan tanya padaku seperti apa rupanya, bagaimana sifatnya, apa kesukaannya dan dia sekolahnya dimana. Karena ini kali pertama aku ‘berkenalan’ dengannya. Yang aku tahu, dia saudariku berhati seluas samudera.
Dedicated to Lani, Reni & all the strong people
@ West Sumatera
Here I Go
Hello, World!
Yup, sepertinya itu dua kata yang tepat tuk memulai smua ini.. 🙂 Mencoba dunia blogging tuk mengasah tulisan dan juga pikiranku ini.. Huff…
Mengisi waktu luang dengan mencoba ‘mengakumulasi’ yang sudah didapat seharian. Living is learning, right? ^.^
So… Here I Go!!!
Hello, World!
-FeatherFrost-